WannaCry, Virus Ransomware Serangan Siber Terbesar dalam Sejarah
Bantaeng, BaBerk News -- Serangan siber ransomware pada Jumat 12 Mei dinilai sebagai serangan siber terbesar dari jenisnya yang pernah tercatat dalam sejarah. Serangan ini, menurut beberapa ahli, menyerang sekitar 99 negara di dunia.
Rusia adalah salah satu negara yang terdampak cukup parah dari serangan siber tersebut. Sedikitnya seribu komputer di Kementerian Dalam Negeri Rusia terinfeksi virus ransomware. Bank terbesar di Rusia, Sberbank, juga tidak luput dari serangan virus ini.
Menurut para periset dari Laboratorium Kaspersky, selain Rusia, terdapat sejumlah negara yang terimbas cukup parah akibat serangan siber ransomware. Di antaranya Spanyol, Ukraina, India, dan negara lainnya. Kaspersky mencatat sedikitnya 74 negara terinfeksi virus ransomware dalam serangan siber pada Jumat 12 Mei kemarin.
Berbeda dengan pendapat Kaspersky, periset dan perancang perangkat lunak keamanan Avast mengungkapkan, mereka telah mengamati sekitar 57 ribu infeksi perangkat di 99 negara akibat terserang virus ini. Taiwan menjadi salah satu negara terparah.
Kendati jumlah negara yang terkena dampak serangan belum dapat dipastikan, yang jelas, ini merupakan serangan siber ransomware terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Hal ini salah satunya diungkapkan oleh seorang ahli dari perusahaan teknologi asal Finlandia, F-Secure, Mikko Hypponen.
Sebelumnya tidak pernah terjadi serangan siber ransomware dalam skala seperti serangan pada Jumat kemarin.
"Ini wabah ransomware terbesar dalam sejarah," kata Hypponen seperti dikutip Sky New.
Ahli lainnya dari perusahaan keamanan perangkat lunak Veracode, Chris Wysopal, mengatakan hal yang serupa dengan Hypponen.
"Begitu banyak organisasi yang diserang di hari yang sama, ini belum pernah terjadi sebelumnya," ucapnya.
Ransomware merupakan virus berbahaya yang mampu mengunci sistem operasi dan mesin komputer sehingga tidak dapat lagi diakses pengguna. Untuk pemulihan, mereka akan meminta uang bayaran atau tebusan yang jumlahnya biasanya dua bitcoin atau sekitar 500 dolar AS.
Dalam serangan pada Jumat kemarin, ransomware yang tersebar diketahui bernama WannaCry dan memanfaatkan kerentanan pada sistem operasi Windows. Virus ini menyebar secara otomatis ke seluruh jaringan sehingga dengan cepat menginfeksi sejumlah besar perangkat di organisasi atau lembaga yang sama.
Adapun modus untuk menyusupkan virus ke dalam perangkat dan sistem komputer yakni dengan melampirkan surel yang diberi keterangan sebagai tawaran pekerjaan, peringatan keamanan, dan arsip sah lainnya.
Di Indonesia sendiri, informasi didapat dari Reuters, dua rumah sakit ikut terkena serangan siber global yang dilakukan peretas dengan menggunakan ramsomware WannaCry.
"Saya yakin banyak perusahaan yang belum menyadarinya. Hal itu kemungkinan akan disadari pada Senin, saat banyak orang kembali bekerja," ujar William Saito, penasihat keamanan siber untuk pemerintah Jepang.
Biro Keamanan Umum Beijing mengatakan, sebagian pengguna sistem Windows di Cina telah terinfeksi ransomware. Kantor berita Xinhua juga melaporkan, beberapa sekolah menengah dan universitas turut menjadi korban peretasan.
Direktur perusahaan antivirus Vietnam, Bkav, Vu Ngoc Son, juga mengakui puluhan kasus infeksi virus telah dilaporkan di negaranya. Akan tetapi, dia menolak untuk mengidentifikasi jumlah korbannya.
Begitupun dengan Korea Selatan, yang mengatakan sebuah rumah sakit di universitas telah ikut terkena dampak. Namun, dampak yang paling mengganggu dilaporkan terjadi di Inggris, saat rumah sakit dan klinik dipaksa mengusir pasien setelah kehilangan akses ke komputer. (*/swr)
0 comments:
Post a Comment