Siber Ransomware Incar Bank dan Rumah Sakit
Bantaeng, BaBerk News -- Pakar keamanan siber bergegas mengembalikan sistem, Sabtu 13 Mei setelah gelombang serangan siber yang belum pernah terjadi sebelumnya, melanda bank-bank Rusia, rumah sakit Inggris hingga pabrik pembuat mobil Prancis.
Kini perburuan dilakukan guna mencari dalang penyerangan itu, yang disebut sebagai serangan tebusan siber terbesar yang pernah ada.
Instansi negara dan perusahaan besar di seluruh dunia menjadi sasaran serangan yang menghalangi akses data dan meminta uang tebusan, memaksa mereka untuk mematikan sistem komputer.
"Serangan ini berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan memerlukan penyelidikan internasional yang kompleks untuk mengidentifikasi penyebabnya," kata Europol, badan kepolisian Eropa.
Serangan tersebut, yang menurut para pakar mempengaruhi banyak negara, menggunakan teknik yang dikenal sebagai “ransomware” yang mengunci data pengguna, kecuali jika mereka membayar jumlah tebusan dalam mata uang Bitcoin virtual.
Mikko Hypponen, kepala petugas riset F-Secure, perusahaan keamanan siber yang berbasis di Helsinki, mengatakan kepada AFP bahwa serangan tersebut adalah "wabah ransomware terbesar dalam sejarah”. Dia menyebut lebih dari 130 ribu sistem di lebih dari 100 negara telah terpengaruh.
Dia mengatakan bahwa Rusia dan India terkena pukulan keras, sebagian besar karena komputer di kedua negara tersebut masih menggunakan sistem operasi Windows XP, yang rentan terhadap serangan.
Adapun, serangan itu diduga mengeksploitasi cacat yang terpapar pada dokumen yang bocor dari Badan Keamanan Nasional AS (NSA).
Serangan tersebut menyerang berbagai macam organisasi dan bisnis di seluruh dunia.
Produsen mobil Prancis Renault terpaksa menghentikan produksi di lokasi di Prancis dan Slovenia, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut bertujuan menghentikan penyebaran virus.
Baca juga: WannaCry, Virus Ransomware Serangan Siber Terbesar dalam Sejarah
Di Amerika Serikat, kelompok pengiriman paket FedEx mengakui telah terkena malware dan mengatakan bahwa pihaknya "menerapkan langkah-langkah remediasi secepat mungkin".
Kementerian dalam negeri Rusia mengatakan beberapa komputer mereka terkena "serangan virus" dan upaya sedang dilakukan untuk menghancurkannya.
Bank sentral Rusia juga menyebut sistem perbankan mereka terpengaruh. Begitu juga dengan sistem perkeretaapian di Moskow.
Pusat pemantauan serangan TI Bank Sentral Rusia telah "mendeteksi distribusi massal perangkat lunak berbahaya" namun tidak ada “kerusakan”. Mereka juga menyebut sistem mereka tidak tertembus karena virus itu berhasil dibendung sebelum infrastruktur sistem tertembus.
Sementara di Jerman, Deutsche Bahn melaporkan ikut terkena dampak serangan siber, dengan operator kereta melaporkan bahwa panel display stasiun terpengaruh.
Di tempat berbeda, Perusahaan keamanan jaringan komputer, Kaspersky Labs menyebut mereka tengah “berupaya menemukan cara mendeskripsi data yang terkunci dalam serangan, dengan tujuan untuk mengembangkan alat dekripsi sesegera mungkin."
Sementara di Inggris, serangan itu terjadi di sistem jaminan kesehatan nasional (NHS), yang membuat ambulans harus memutar haluan dan rumah sakit menunda operasi. Gambar yang beredar di sosial media menunjukkan layar komputer NHS dipenuhi tuntutan pembayaran tebusan dalam bentuk Bitcoin.
Mereka meminta pembayaran dilakukan dalam waktu tiga hari, atau harga tebusan akan berlipat ganda. Dan, bila tidak ada pembayaran dilakukan hingga tujuh hari, data akan dihapus.
"Ransomware berubah jadi mimpi buruk saat menyerang institusi seperti rumah sakit, yang bisa membahayakan nyawa orang," kata Kroustek, analis Avast. (cnnindonesia/swr)
0 comments:
Post a Comment